Matematika Kelas 2

Fokus Pembelajaran Matematika SD Kelas 2 meliputi Membangun keterampilan membaca dan menulis bilangan dengan sistem nilai tempat basis-10 serta memahami konsep dasarnya; Membangun pemahaman pengukuran dan cara mengukur panjang.

Pumpunan Matematika Kelas 2

Tiga pumpunan mendasar berikut perlu memperoleh penekanan untuk dikembangkan para pelajar kelas 2. Dalam mempelajarinya, pelajar mengaitkan pumpunan di atas dengan kemampuannya bernalar, menyelesaikan masalah, berkomunikasi, membuat hubungan, sekaligus menyajikan dengan berbagai medium.

Bilangan dan Operasinya

Membangun keterampilan membaca dan menulis bilangan dengan sistem nilai tempat basis-10 serta memahami konsep dasarnya

Pelajar membaca dan menuliskan bilangan cacah (sampai 999) menggunakan sistem nilai tempat, serta mengenali bagian ratusan, puluhan, dan satuannya. Dengan memanfaatkan pemahaman nilai tempat itu, pelajar membandingkan tiga bilangan cacah dan mengurutkan lima bilangan cacah dari yang terbesar atau terkecil. Kemudian, pelajar menentukan lokasi bilangan cacah (sampai 999) pada garis bilangan. Pelajar mengenali pola dalam sistem nilai tempat basis-10, yakni setiap bergeser ke kiri, nilai tempatnya 10 kali sebelumnya. Artinya, ratusan 10 kali puluhan dan puluhan 10 kali satuan.

Pelajar mengembangkan cara menjumlahkan dan mengurangkan bilangan cacah sampai 999 (dan hasilnya juga sampai 999) menggunakan pengetahuan sebelumnya tentang fakta dasar penjumlahan dan pengurangan. Pelajar mulai menyelesaikan masalah yang dapat dimodelkan atau disajikan sebagai masalah penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Mereka mempermudah memahami situasi matematika yang dihadapi dengan memanfaatkan diagram atau gambar. Selain itu, mereka mengembangkan cara mempermudah penjumlahan dan pengurangan bilangan tiga angka memanfaatkan sifat dasar tambah dan kurang (komutatif dan asosiatif). Mereka memperkaya berbagai strategi untuk memudahkan penjumlahan dan pengurangan, seperti salah satu strategi: 123 + 81 = 123 + 77 + 4 = 200 + 4 = 204. Mereka juga menjajaki berbagai cara berhitung, yakni dengan pensil dan kertas, dengan diingat, estimasi atau perkiraan, atau yang lain. Di kelas 2 ini, pelajar membangun pemahaman bahwa rangkaian langkah operasi penjumlahan dan pengurangan yang sudah biasa dilakukan belum tentu paling singkat atau mudah untuk setiap kasus. Contohnya, 256 – 98 jika dihitung menggunakan langkah biasa akan lebih sulit ketimbang menghitung dengan strategi 256 – 98 = 258 – 100 = 158.

Pengukuran

Membangun pemahaman pengukuran dan cara mengukur panjang

Pelajar menjelaskan makna pengukuran (dasar) yakni menggunakan proses pengulangan. Misalnya, suatu meja diukur panjangnya dengan membayangkan tepi meja itu ditempeli sejumlah pensil yang berukuran sama panjang. Juga pelajar memahami sifat transitif dalam perbandingan pengukuran, yaitu jika meja pertama lebih panjang dari meja kedua dan meja kedua lebih panjang dari meja ketiga, maka meja pertama lebih panjang dari meja ketiga. Pelajar juga memahami bahwa sebelum mengukur suatu benda perlu ditetapkan satuan yang akan digunakan, baku atau tak baku. Yang baku misalnya seperti cm dan tak baku misalnya seperti panjang pensil tadi. Melalui pengalaman mengukur panjang atau lebar berbagai benda, pelajar membangun pemahaman bahwa semakin kecil satuan panjangnya (seperti pensil atau penjepit kertas), semakin panjang proses pengukurannya.

Keterkaitan dengan Proses Bermatematika

Penyelesaian Masalah

Di kelas 2 ini, pelajar menyelesaikan soal rutin dan tak rutin yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 999. Permasalahan juga perlu melibatkan pengukuran, bangun geometri sederhana. Di kelas 2, pelajar mulai berkenalan dengan berpikir luwes atau berpikir beragam. Dalam menafsirkan bilangan tertentu, misalkan, masing-masing pelajar diajak menyampaikan cara penyajian versi dirinya. Sebagai ilustrasi, 125 dapat ditafsirkan sebagai 1 ratusan dan 25 satuan, tetapi pelajar lain mungkin menafsirkan 125 sebagai 12 puluhan dan 5 satuan. Kecuali itu, pelajar juga disokong mengungkapkan caranya menyelesaikan masalah dan pelajar lain berupaya memahaminya. Dengan pendekatan begini, kelas membangun tradisi yang mendukung tiap pelajar berpendapat mandiri dan pelajar lain menghargai pendapat yang berbeda. Ini bermanfaat untuk merawat sikap toleransi dan bahkan menyemaikan sikap merayakan keberagaman di kelas matematika. Di akhir kelas 2, pelajar diharapkan menguasai operasi penjumlahan dan pengurangan, agar saat memasuki kelas 3, pelajar siap menjajaki konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang atau penafsiran lainnya.

Bernalar

Pelajar dapat memanfaatkan pemahaman bahwa menghitung luas daerah dapat dilakukan dengan memecah daerah berdimensi dua menjadi potongan-potongan dengan bentuk lebih sederhana. Pelajar akan membangun pemahaman lebih tinggi bahwa masalah besar dapat dipecah menjadi masalah-masalah lebih kecil dan sederhana. Selain itu, saat pelajar melakukan pengukuran daerah tertentu, ini dapat dijadikan pengalaman awal bekerja dengan pecahan, atau bagian dari keseluruhan, yang sederhana. Saat pelajar melakukan skip counting atau membilang loncat, misalnya dengan mewarnai sebuah 202atem bilangan yang memuat 100 bilangan dengan ukuran 10 x 10, pelajar mengamati pola yang terbentuk. Pengalaman ini akan menjadi dasar pemahaman pelajar di kelas 3 tentang kelipatan dan 202atema.